Article Detail

Taksonomi Pengetahuan Dalam Kurikulum 2013

Ada banyak konsep-konsep dalam Kurikulum 2013 (K13) yang harus kita kritisi kejelasannya, namun ini bukan pekerjaan mudah karena dokumen sosialisasi berikut permen-permen K13 tidak menunjukkan rujukan-rujukan ilmiah yang jelas. Tulisan ini hendak mengangkat tentang taksonomi pengetahuan yang digunakan dalam K13.

Dalam SKL K13 (permen 54 2013) dalam domain pengetahuan dirumuskan:  individu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Rumusan ini mengacu pada taksonomi  baru yang dikembangkan oleh Anderson yang melakukan revisi atas taksonomi Bloom. Anehnya taksonomi pengetahuan ini tidak dibahas secara detail dalam panduan K13. Tidak juga dibahas bahwa taksonomi pengetahuan yang baru ini sesungguhnya telah memunculkan paradigma baru dalam pembelajaran yang kini yang kini menjadi acuan praksis pendidikan di negara-negara maju.

Kelemahan Taksonomi Bloom

Bloom membagi domain kognitive  ke dalam 6 kategori yang dikenal : knowledge, comprehension, aplication, analysis, synthesis, evaluation (Tabel 1). Penerapannya dalam bahasa Indonesia kita rumuskan dalam kata kerja operasional ; mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, membuat sintesa, mengevaluasi. Tiga kategori awal kadang disebut Low Order Thinking Skills dan tiga kategori akhir (analysis, synthesis, evaluation) kadang dikenal dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Dipublikasikan tahun 1956 dalam buku “Taxonomy of Educational Objective, The Classificassion of Educational Goals, Handbook I, Cognitive Domains”, taksonomi Bloom hingga kini masih memiliki pengaruh yang kuat. Enam kategori domain kognitive yang digunakan dalam taksonomi ini masih mudah dijumpai dalam rumusan kurikulum-kurikulum di banyak negara.

Taksonomi Bloom  disusun ketika pemahaman tentang proses kognitif dan pembelajaran masih sangat sedikit. Pun tidak ada satupun riset yang dibuat untuk mendukung pembagian domain kognitive dalam 6 level secara hirarkis. Tak heran taksonomi ini memiliki beberapa kelemahan, Bloom memasukkan pengetahuan sebagai level terendah proses kognitif, tak ada pembedaan antara pengetahuan dan proses kognitif.

Pembagian domain kognitif dalam 6 level dari rendah ke tinggi kini dinilai sebagai penyederhanaan yang berlebihan. Menerapkan 3 kategori kognitif tinggi secara terpisah dengan 3 kategori kognitif rendah terbukti gagal karena otak manusia ternyata tidak bekerja dengan cara demikian. Bloom juga lebih merujuk pada behaviorisme yang tidak lagi cocok dengan teori-teori belajar baru khususnya konstruktivisme sosial yang menjadi dasar pengembangan collaborative learning.

Taksonomi Anderson

Tahun 2001 Anderson melakukan revisi atas taksonomi Bloom . Ada beberapa  perubahan penting yang dibuat Anderson. Pertama pemisahan dimensi pengetahuan dengan dimensi proses kognitif. Pengetahuan disusun dalam struktur tersendiri yang terdiri dari 4 kategori: pengetahuan factual, pengetahuan konseptual, pengetahuan procedural dan pengetahuan metakognitif (Tabel 2).


Pengetahuan factual terdiri dari fakta-fakta spesifik dan istilah-istilah, pengetahuan konseptual terdiri dari klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, teori, model, struktur. Pengetahuan konseptual dibangun dari hubungan antar pengetahuan factual dalam system/struktur logis yang memungkinkan seluruh bagian berfungsi secara bersama-sama. Pengetahuan procedural terdiri dari: algoritma, metode, teknik dan kriteria tentang bagaimana suatu tahapan atau langkah-langkah dilakukan.


Meskipun struktur pengetahuan menjadi berbeda, namun 3 kategori pengetahuan Anderson sebelumnya sudah terkandung dalam taksonomi Bloom. Anderson merumuskan kembali dalam istilah baru dan menambahkan metakognitif sebagai pengetahuan ke empat. Metakognitif adalah pengetahuan tentang bagaimana proses kognitif itu berlangsung, bagaimana individu menyadari proses berpikir yang dilakukannya, metakognitif juga memberi pemahaman  bagaimana proses belajar dapat dilakukan secara efektif.


Anderson juga menyusun kembali struktur proses kognitif yang dibuat Bloom menjadi: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi dan terakhir mencipta (bandingkan Tabel 1 dengan Tabel 3). Anderson mengganti pengetahuan (hirarki paling bawah taksonomi Bloom) menjadi mengingat, memberikan rumusan lebih jelas pada kategori apply/menerapkan. Anderson menghilangkan sintesis diganti dengan evaluasi dan menambahkan mencipta sebagai hirarki yang paling tinggi.

Implikasinya  dalam Pembelajaran

Perubahan taksonomi dari satu dimensi menjadi dua dimensi dengan pemisahan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif membuka pemahaman yang lebih jelas tentang bagaimana proses belajar itu berlangsung dalam diri siswa. Siswa memperoleh pengetahuan dan menyimpannya dalam memory, pengetahuan yang ada dalam memorinya inilah yang terutama akan ia gunakan untuk melakukan proses kognitif lainnya mulai dari memahami hingga mencipta.


Pembelajaran dengan demikian berlangsung dalam dua dimensi yaitu memperoleh pengetahuan (get it and keep it: acquicition) dan menggunakan pengetahuan itu untuk mengembangkan kemampuan kognitif. Pengetahuan ibarat bahan bakar dan proses kognitif adalah mesinnya. Semakin mendalam pengetahuan seseorang di suatu bidang semakin tinggi kemampuannya  menganalisa suatu fenomena dalam bidang yang digelutinya. Semakin sedikit pengetahuan yang dimiliki semakin sulit ia menganalisa sesuatu. Factual knowledge precedes skills.

Sejalan dengan pemahaman di atas maka kemampuan memperoleh  pengetahuan menjadi vital dalam proses belajar. Adalah Marzano yang kemudian secara detail mengembangkan pemahaman terhadap proses ini. Untuk menguasai pengetahuan (acquire and integrate knowledge) harus dipisahkan dulu type pengetahuan yang akan dipelajari, apakah pengetahuan deklaratif (factual, konseptual) atau pengetahuan procedural? Pengetahuan deklaratif dikuasai dengan; constructing meaning, organizing dan storing, sedangkan pengetahuan procedural dikuasai dengan; constructing model, shaping, internalizing.


Bila pengetahuan sudah dikuasai maka siswa siap untuk melakukan kegiatan belajar yang dirancang untuk mengembangkan dimensi proses kognitif. Menurut Marzano ada 3 tahapan pokok (disebut juga dimensi pembelajaran) dalam pengembangan dimensi proses kognitif yaitu; extending and refine knowledge, use knowledge meaningfully dan habit of minds. Dengan kata lain pengetahuan akan mudah dilupakan bila tidak diperdalam dan tidak pernah digunakan.


Aktivitas kognitif yang bisa dikembangkan untuk memperdalam pengetahuan adalah: comparing, classifying, abstraction, inductive reasoning, deductive reasoning, constructing support, analyzing errors, analyzing perspective. Sedangkan aktivitas kognitif yang bisa dikembangkan untuk memanfaakan pengetahuan adalah ; decision making, problem solving, invention, experimental inquiry, investigation dan system analysis. Dengan banyak melakukan aktivitas kognitif ini pengetahuan siswa akan semakin mendalam sekaligus siswa melatih kemampuan kognitifnya dari level rendah hingga atas, dari kemampuan mengingat, memahami hingga kemampuan tertinggi yaitu mencipta.

Catatan Akhir


Perkembangan taksonomi pengetahuan  membuka paradigma baru tentang proses belajar  terkait pemisahan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Paradigma baru dengan segala implikasinya ini wajib kita cermati secara mendalam sebagai bahan pengembangan pembelajaran di sekolah-sekolah kita, apalagi paradigma baru ini telah menjadi acuan praksis pendidikan di negara-negara maju.


Rumusan taksonomi pengetahuan baru ini juga dipakai dalam K13 yaitu muncul dalam SKL dan Kompetensi Inti 3-4. Namun karena tidak ada pembahasan yang mendalam maka implikasinya dalam desain pembelajaran sangat berbeda. Desain pembelajaran K13 mengacu pada acuan baku menggunakan  “pendekatan ilmiah”. Mungkin akan menjadi kajian menarik jika desain pembelajaran ala K13 ini dipertajam dengan menerapkan tahapan pembelajaran Marzano (tahap memperoleh, memperdalam atau memanfaatkan pengetahuan). Bagaimana menurut anda?

 

Daftar Pustaka

Burns, Deborah E, ed, Teacher Guide for The Explicit Teaching of Thinking Skills. Institute of Education Science, US Department of Education, 2006.

Education Innovations, A Critical Review of Taxonomy Goals Bloom vs Marzano.

Hardiman, Mariel H, Connecting Brain Research with Dimensions of Learning. EBSCO Publishing, 2002

Heong, Yee Me, ed, The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills among Thecnical Education Student, International Journal of Social Science and Humannity, Vol 1 no 2 July 2011

Krathwohl, David K, A Revision of Blooms Taxonomy: An Overview. Journal Theory into Practice, Volume 41 no 4 Autum, Ohio State, 2002

Marzano, Robert J, A Different Kind of Classroom: Teaching with Dimension of Learning. Association for Supervision and Curriculum Development, Alexandria Virginia USA, 1992.

Marzano, Robert J and Debra J Pickering, Dimension of Learning Trainner Manual. Mid Continent Regional Education, Alexandra Virginia USA, 1997.

Marzano, Robert J and Debra J Pickering, Building Academic Vocabulary. Hawlon Browlon , Alexandra Virginia USA, 1997.

** Erjhe Sulistyanto

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment