Article Detail
HSG SMP Sint Carolus Pelestarian Penyu
Sabtu, 11 Mei 2019 Pukul 07.00 WIB bapak /ibu guru berkumpul di SMP Sint Carolus untuk melaksanakan kegiatan Hari Studi Guru (HSG). HSG hari ini berkunjung ke rumah pak Zulkarnedi Kelompok Pelestari Penyu Alun Utara, warga Desa Pekik Nyaring, Kabupaten Bengkulu Tengah sekaligus narasumber kegiatan HSG. Pelestarian penyu di daerah pekik nyaring ini dinamakan Pelestarian Penyu Alun Utara yang berdiri sejak tahun 2015. Pak Zulkarnedi yang sebelumnya sebagai penjual telur penyu sekarang beralih profesi menangkarkan penyu untuk mengembangkan pantai Desa Pekik Nyaring sebagai tempat wisata edukasi sekaligus menjaga lingkungan melalui keseimbangan ekosistem. Apa yang membuat bapak ini begitu semangat menjaga kehidupan penyu? “Menebus dosa, agar anak cucu kita nanti bisa melihatnya secara nyata. Bukan hanya mendengar cerita atau melihat gambar,” katanya di rumah penetasan telur penyu yang dikelola Alun Utara. Dosa yang dimaksud Pak Zulkarnedi adalah perbuatan yang sering dilakukannya ketika anak-anak yaitu membunuh penyu. Awalnya begitu banyak hambatan dan rintangan untuk memulai melakukan pelestarian penyu, dari ditolak oleh warga sekitar dan kadun (kepala dusun) daerah mereka tinggal karena aroma amis dari telur dan penyu dan tidak adanya biaya dan masih banyak lagi hambatan yang mereka lalui, tetapi pak Zulkarnedi tidak mengenal putus asa untuk melanjutkan niat baiknya dalam melestarikan penyu. Pak Zulkarnedi menjelaskan jenis penyu. Penyu di Bengkulu ini ada 4 jenis, sedangkan yang dipenangkaran ada 3 jenis, penyu lekang, penyu sisik, dan penyu hijau. Untuk menetaskan telur-telur tersebut menggunakan ember plastik yang diisi pasir pantai. Pebedaan penyu ini di bedakan oleh warna kulit penyu itu sendiri. Proses penyu bertelur berlangsung pada malam hari dan meninngalkan jejak di sekitar pesisir pantai sehingga pak Zulkarnedi mengambil dan menumpulkan telur penyu dan mengeram nya di dalam ember besar yang berisikan pasir panatai dan di hangati oleh lampu. Waktu pengeraman kurang lebih 54 hari apabila suhu baik berkisar 25 -35º C dan di pisahkan berdasaran jenis telur yang sama. Setelah telur penyu menetas di rawat oleh bapak zulkarnedi dengan penuh kesabaran dalam memberikan makan, dan menganti air setiap saat. Suhu pasir dijaga dengan disirami air laut. Sekitar 50-60 hari, satu per satu telur akan menetas. Setelah sekitar penyu berumur 3 bulan, maka tukik akan dilepaskan ke laut. Pelepasan Penyu ke laut di dampingi oleh DKP (Dinas Kelautan provinsi) dan Perikanan Provinsi yang biasanya dilakukan sore hari sekitar Pkl.16.00 – 18.00 WIB. Dari Tahun 2015 sampai dengan sekarang sudah mencapai10.000 an Tukik (Anak Penyu) Yang telah di lepaskan ke laut. Dengan melihat secara langsung dapat mengajak dan memotivasi Guru untuk dapatmenjaga lingkungan melalui keseimbangan ekosistemuntuk mencapai dan melestarikan serta menjaga keutuhan ciptaan Tuhan yang lainnya. (Eva)
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment