Article Detail
REKOLEKSI Pendalaman Spiritualitas CB Tema: Merajut Asa Menebar Cinta-Nya
Peringatan 90 tahun kehadiran Kongregasi CB dan Karya Pendidikan di Bengkulu menjadi kesempatan yang sangat baik untuk menggali dan menyegarkan kembali spiritualitas yang menjadi landasan pelayanan. Untuk itu, Yayasan Tarakanita wilayah Bengkulu mengadakan rekoleksi dengan tema “Merajut Asa Menebar CintaNya” pada hari Jumat, 15 November 2019. Kegiatan ini dilaksanakan di aula SD Sint Carolus Bengkulu diikuti oleh seluruh karyawan Yayasan Tarakanita wilayah Bengkulu. Pendamping kegiatan rekoleksi adalah Sr. Hetty Sriwidjajanti CB. Melalui kegiatan rekoleksi ini, kita diundang untuk merefleksikan kembali komitmen praktis kita untuk terlibat dan ambil bagian dalam karya pelayanan pendidikan. Dalam kesempatan ini kita belajar dari para perintis kita yaitu Bunda Pendiri dan juga para Suster Misionaris Pertama yang hadir di Bengkulu. Kita meyakini bahwa kharisma dan spiritualitas Bunda Elisabeth yang bersumber dari pengalamannya akan misteri salib menjadi sumber spiritualitas yang tidak akan pernah kering mampu menggerakkan para suster perintis rela meninggalkan segalanya, menempuh perjalanan penuh resiko melaksanakan perutusan, khususnya di tanah Bengkulu ini. Kita bersyukur bahwa kita boleh ikut ambil bagian dalam melanjutkan perjuangan para suster perintis dalam mewartakan kabar gembira keselamatan.
Kegiatan rekoleksi karyawan terbagi dalam 3 sesi. Sesi pertama, peserta diajak untuk kembali ke sumber yaitu mencecap dan mengingat kembali semangat dari Pendiri Kongregasi Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus: Elisabeth Gruyters. Bunda Elisabeth mewarisi semangat “Cinta Tanpa Syarat dan Berbelaskasih dari Yesus Kristus yang Tersalib”. Semangat inilah yang menjadi sumber Misi bagi Bunda Elisabeth dan Kongregasi hingga saat ini. Pada sesi kedua, peserta belajar dari para suster pendahulu khususnya para suster yang merintis karya di bumi Indonesia dan di Bengkulu. Kita belajar dari nilai-nilai warisan yang ditinggalkan yaitu ada kerelaan untuk meninggalkan negeri dan orang yang dicintai demi cinta yang lebih besar yaitu kepada Yesus yang Tersalib dalam diri saudara-saudara di tanah misi serta dalam keterbatasan melayani orang miskin dan berkesesakan hidup. Pada sesi terkhir, peserta mendalami dan merefleksikan bagaimana spiritualitas dan misi itu dihidupi dalam hidup dan perutusan melalui kegiatan sharing di dalam kelompok. Peserta diajak untuk menemukan hambatan yang ada saat ini dalam pelayanan dan bagaimana menemukan solusi sesuai dengan semangat spiritualitas misi para misionaris.
“Semoga nama Tuhan semakin dimuliakan dan sesama diabdi dengan tulus iklhas.”
-
there are no comments yet