article
Banyak orang beranggapan kalau menulis itu susah, tidak semua orang bisa menulis, menulis itu butuh bakat tersendiri.
Tentu saja anggapan ini salah besar. Tidak ada syarat khusus apapun yang dibutuhkan untuk bisa menulis, menulis tidak hanya monopoli para jurnalis, pengarang, atau peneliti.
Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan. Nelson Black dalam bukunya yang berjudul “Kapan Sebuah Bangsa Akan Mati†(dalam Alen Marlis, 2010) menyatakan bahwa nilai-nilai akhlak, kemanusiaan, kemakmuran ekonomi, dan kekuatan budaya merupakan sederet faktor keunggulan sebuah masyarakat yang humanis. Sebaliknya kebejatan sosial dan budaya merupakan faktor penyebab kemunduran sebuah peradaban. Pada Kongres Pendidikan se-Indonesia yang digelar di Yogyakarta bulan Oktober 1949, almarhum Ki Hadjar Dewantara (dalam http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress.com/2010 /10/03/manfaat-karakteristik-pendidikan-bagi-guru-untuk-membangun-peradaban-bangsa/) dari Taman Siswa mengatakan bahwa hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya dan persatuan, dan masyarakat seharusnya tidak menolak elemen-elemen yang datang dari peradaban asing. Ini adalah demi mendorong proses pertumbuhan dan pemerkayaan yang lebih lanjut bagi kehidupan nasional serta secara mutlak untuk menaikkan martabat kebanggaan bangsa Indonesia.
TerlepasSaatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari prestasi angka angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul.